Jogjanews.com-Menilik proses kerja Dwi Sujanti Nugraheni atau yang akrab
disapa sebagai Mbak Heni sebagai film maker “Denok dan Gareng” merupakan sebuah
pembelajaran menarik. Demikianlah yang terlihat dari kegiatan diskusi dan
screening film Etnografi yang juga merupakan salah satu kegiatan perayaan Dies
Natalis ke-50 Jurusan Antropologi UGM yang digelar di di Gedung Societet Taman
Budaya Yogyakarta, Jl. Sriwedari no.1 Yogyakarta (21/11/14).
Bukanlah proses yang mudah untuk
menghasilkan sebuah karya berupa rekam jejak kehidupan dengan kejelian secermat
ini, “Butuh waktu berbulan-bulan hanya dalam proses adaptasi objek, yakni
anggota keluarga Denok dan Gareng, terhadap kamera,” tutur Mbak Heni.
Kalimat seperti halnya “Ngopo to
mbak ngikut-ngikut terus pake kamera?, ataupun berbagai sikap-sikap
penolakan lainnya acapkali ditemui oleh Mbak Heni, meskipun pada akhirnya Mbak
Heni, tentu dengan usahanya yang gigih, berhasil merekam berbagai momen-momen
intim, seperti halnya konflik-konflik kecil dalam keluarga, bahkan hingga
hubungan mesra.
“Hal yang paling menyedihkan bagi
Saya ialah membuang ratusan jam (sekitar dua ratus jam) rekaman video, untuk
menampilkan sajian film dokumenter yang tak lebih dari dua jam ini,” tutur
Heni. Meskipun begitu tetap saja hal ini harus dilakukan, tak hanya untuk
membuat fokus alur cerita, namun juga untuk menyampaikan pesan-pesan dalam film
ini setajam mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar